DIATESIS AKTIF-PASIF BAHASA BANJAR
Oleh : Mujiati
Pendahuluan
Diatesis merupakan terjemahan darai kata inggris
voice (Kridalaksana, 1984), walaupun kata diatesis juga digunakan dalam bahasa
inggris. Voice adalah istilah secara
konvensional digunakan sejak abad pertengahan untuk menyebut kategori
gramatikal. Dengan kategori gramatikal tersebut verba dipertentangkan menjadi
aktif dan pasif. Batasan diatesis secara
tradisional ditentukan berdasarkan kriteria semantik berdasarkan posisi agen
atau pelaku. Bila agen menduduki fungsi subyek disebut aktif dan bila bukan
agen yang menduduki subyek itu disebut pasif. Setiap perubahan fungsi sintaksis
yang dikaitkan dengan perubahan verba disebut dengan voice atau diatesis.
Karena sudah melekatnya aktif pasif pada bahasa nusantara
(walaupun ada perdebatan ada tidaknya pasif dalam bahasa Indonesia) hal yang
dulu dianggap pasif pada penelitian selanjutnya dikatakan ergatif. Kontruksi
kalimat seperti Buku itu saya baca
pada awalnya dianggap sebagai pasif (lihat Chung, 1983) namun penelitian
kemudian kontruksi yang sama dianggap berdiatesis ergatif (lihat Artawa, 1997).
Bahasa Banjar yang
merupakan bagian dari bahasa autronesia memiliki diatesis aktif-pasif yang
perlu untuk dipahami lebih jauh. Bahasa ini dipergunakan
oleh Suku Banjar yang mendiami hampir seluruh Wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Pada makalah ini untuk mempermudah dalam memahami
bahasan yang kita fokuskan pada diatesis
aktif dan pasif pada bahasa Banjar khususnya bahasa Banjarmasin kota?
Pembahasan
1.
Diatesis pada bahasa Banjar
Diatesis bahasa banjar ini, data diambil dari sumber
bahasa banjarmasin Kabupaten Tabalong. Struktur klausa bahasa banjar pada
umumnya sama dengan bahasa Indonesia yaitu ada subyek, predikat, objek, dan
keterangan. Serta urutan klausanya juga sama. Contohnya : dalam bahasa
Indonesia “Ayah menanam bunga” sama
dengan bahasa banjar “Abah mananam
kembang”. Abah dan ayah sama-sama
menduduki subyek/pelaku, bunga dan kembang
menduduki fungsi objek/pasien.
Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subyek dengan perbuatan yang dinyatakan
oleh verba dalam klausa (Kridalaksana, 2008: 49). Diatesis aktif (active voice) adalah bentuk gramatikal
sebuah verba, atau klausa, yang subyek gramatikalnya merupakan pelaku.
Sedangkan diatesis pasif (pasive voice)
adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan
(Kridalaksana, 2001:43).
Yang dimaksud dengan aktif dalam kriteria sintaksis
adalah agen menduduki fungsi subyek
gramatikal dan pasien menduduki fungsi objek gramatikal. Subyek gramatikal pada
bahasa-bahasa nusantara pada umumnya dapat direlatifkan dan dapat dikontrol
pada klausa semantan, dan dikenakan tes
pivot.
Pasif adalah apabila fungsi subyek dan agen
menduduki fungsi periferal. Secara
singkat Dixon (1994 ) menjelaskan proses pasif
adalah seperti berikut: membuat verba transitif menjadi intransitif,
membuat frasa nomina pasien menjadi subyek gramatikal, hadirnya pemarkah pasif
dan membuat subyek kalimat aktif ke
fungsi periferal. Verba transitif adalah verba yang mampu mendampingi obyek.
Sedangkan verba intransitif tidak memiliki obyek.
Unsur inti kalimat menurut Dixon (1994) dibedakan adanya
tiga relasi asali (primitive relation),
ketiga relasi itu adalah S (subyek atau satu-satunya argumen pada verba
intransitif), A (agen) dan O
(obyek/pasien). Bila verba hanya memiliki satu argumen inti (intransitif)
relasi nominanya disebut dengan S. Bila kata kerja tersebut memiliki lebih dari
satu argumen inti relasinya ditentukan secara semantis. Relasi A untuk peran
yang kemungkinan besarnya berfungsi untuk menyukseskan aktifitas. Relasi inti
selain A pada kata kerja yang mempunyai dua argumen inti adalah O.
Contoh kalimat aktif dan pasif dalam bahasa banjar
a) Hayang ma-nukar
peci hanyar
Nama kakak akt-beli peci baru
“Hayang membeli
peci baru”
b) Peci hanyar diukar lawan Hayang
Peci baru pass-beli oleh nama kakak
“Peci baru dibeli oleh Hayang”
Kalimat
(a) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nukar membentuk verba transitif,
objeknya peci baru. Diatesis aktif menurut kridalaksana adalah
bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subyek gramatikalnya
merupakan pelaku. Berdasarkan contoh kalimat (a) subyek gramatikalnya adalah
pelaku yaitu Hayang . di sini Hayang
yang melakukan proses membeli.
Kalimat
(b) adalah diatesis pasif. dengan pasif, diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah
tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b) memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Hayang sebagai tujuan dari perbuatan. Peci Hanyar yang pada kalimat (a) sebagai pasien/objek menjadi
fungsi Subyek pada kalimat (b).
Bukti
bahwa kalimat (a) Hayang menduduki
fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (b) maka Hayang menjadi
objek. Contoh pada kalimat pasif: Peci
hanyar diukar lawan Hayang. Hayang pada kalimat (a)
yang menjadi fungsi subyek berubah menjadi objek pada kalimat (b).
c) Ading ma-nanam kambang mawar
Adik akt-tanam
bunga mawar
“Adik menanam bunga
mawar”
d)
Kambang mawar ditanam Ading
Bunga mawar
pass-tanam adik
“Bunga mawar
ditanam adik”
Kalimat
(c) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nanam membentuk verba transitif,
objeknya kambang mawar. Berdasarkan contoh kalimat (c) subyek
gramatikalnya adalah pelaku yaitu Ading .
di sini Ading yang melakukan proses menanam.
Kalimat
(d) adalah diatesis pasif. dengan pasif,
diatesis pasif (pasive voice)
adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan
(Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b) memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Ading sebagai tujuan dari perbuatan. kambang mawar yang pada
kalimat (c) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (d).
Bukti
bahwa kalimat (c) Ading menduduki
fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (d) maka Ading menjadi
objek. Contoh pada kalimat pasif: Kambang mawar
ditanam Ading. Ading pada kalimat (c) yang menjadi fungsi
subyek berubah menjadi objek pada kalimat (d).
e) Siti ma-nyanga iwak
Nama akt-goreng
ikan
“Siti menggoreng
ikan”
f) Iwak inyanga
Siti
Ikan pass-nyanga nama
“ikan digoreng Siti”
Kalimat
(e) tersebut termasuk diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nyanga membentuk verba transitif,
objeknya iwak. Berdasarkan contoh kalimat (e) subyek
gramatikalnya adalah pelaku yaitu Siti .
di sini Siti yang melakukan proses menggoreng.
Kalimat
(f) adalah diatesis pasif. dengan pasif,
diatesis pasif (pasive voice)
adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan
(Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b) memakai pemarkah (i-) berbeda dengan pemarkah pasif pada verba lain, hanya pada kata
verba tertentu yang masuk dalam pemarkah pasif contohnya adalah inyanga. Pada diatesis pasif ini subyek
yaitu Siti sebagai tujuan dari perbuatan. Iwak yang pada kalimat (e) sebagai
pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (f).
Bukti
bahwa kalimat (e) Siti menduduki
fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (f) maka Siti menjadi objek. Contoh pada kalimat
pasif: Iwak inyanga Siti. Siti
pada kalimat (e) yang menjadi fungsi
subyek berubah menjadi objek pada kalimat (f).
g) Mamak ma-nawar salawar
hanyar nitu
Ibu akt-beli
celana
baru
“Ibu membeli celana
baru itu”
h)
Salawar hanyar
nitu ditawar lawan mamak
Celana baru
itu pass-tawar oleh ibu
“Celana itu dibeli oleh ibu”
Kalimat
(g) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nawar membentuk verba transitif,
objeknya salawar hanyar. Berdasarkan contoh kalimat (g) subyek
gramatikalnya adalah pelaku yaitu Mamak.
Di sini Mamak yang melakukan proses menawar.
Kalimat
(h) adalah diatesis pasif, diatesis pasif (pasive
voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari
perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (h) memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Mamak sebagai tujuan dari perbuatan. Salawr hanyar nitu yang pada kalimat (g) sebagai pasien/objek
menjadi fungsi Subyek pada kalimat (h).
i)
Mamak betetapas salawar
Ibu akt-cuci
celana
“Ibu mencuci
celana”
j)
Salawar ditapas lawan mamak
Celana pass-tapas oleh
ibu
“Celana dicuci oleh
mamak”
Kalimat
(i) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (be-) pada verba betetapas membentuk verba transitif,
kata betetapas berasal dari be + tapas be adalah pemarkah aktif, sedangkah tapas itu artinya cuci. Objeknya
salawar. Berdasarkan contoh kalimat (i) subyek
gramatikalnya adalah pelaku yaitu Mamak .
di sini Mamak sebagai pelaku yaitu yang melakukan proses mencuci.
Kalimat
(j) adalah diatesis pasif, diatesis pasif (pasive
voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari
perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (j) memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Mamak sebagai tujuan dari perbuatan. Salawar yang pada kalimat (i) sebagai
pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (j).
k) Ulun ba-jauh kakanak macal
Aku/saya akt-jauh anak nakal
“Aku menjauh dari
anak nakal itu”.
l)
Kakanak macal tu dijauh ulun
Anak nakal
itu pass-jauh saya/aku
“anak nakal itu dijauhi saya”
Kalimat
(k) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nanam membentuk verba transitif,
objeknya kambang mawar. Berdasarkan contoh kalimat (k) subyek
gramatikalnya adalah pelaku yaitu Ading .
di sini Ading yang melakukan proses menanam.
Kalimat
(l) adalah diatesis pasif. dengan pasif,
diatesis pasif (pasive voice)
adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan
(Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (l) memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Ading sebagai tujuan dari perbuatan. Kakanak macal tu yang pada kalimat (k) sebagai pasien/objek menjadi
fungsi Subyek pada kalimat (l).
Berdasarkan contoh di atas bahasa banjar memiliki
diatesis aktif dan pasif. Bahasa Banjar dalam struktur sintaksisnya sama dengan
struktur dalam bahasa Indonesia pada
umumnya. Verba dalam bahasa banjar, ada beberapa yang pemarkahnya tidak selalu
memakai awalan (ma-) tapi ada
beberapa yang memakai (ba-) dan (be-) contohnya (ma-) pada manukar, manyanga, mananan, (ba-)
pada bajauh (be-) pada betetapas. Bentuk
pasif pada bahasa banjar berdasarkan data dari informan yang tinggal di
Banjarmasin kota, bahwa bentuk pasif ada yang memberi awalan i- dan di- contohnya dijauh, inyanga.
Contoh beberapa kata verba bahasa banjar yang memakai
pemarkah ma-
a.
Manyinggai : Membuka
b.
Mananam : Menanam
c.
Mambantu : Membantu
d.
Mawaluhi : Menipu
e.
Mangaruh : Berdengkur
f.
Mangarumbungi:
Mengelilingi
g.
Mangaramput :
Berbohong
h.
Manangkul : Menyangkal
i.
Dan masih contoh
banyak lainnya.
Contoh beberapa kata verba bahasa banjar yang memakai
pemarkah ba-
a.
Bajauh : Menjauhi
b.
Baadu : Beradu
c.
Baastilah : Memulai rencana
d.
Baasa : Mengulang
e.
Babacaan : Berkumandang (ceramah)
f.
Badapatan : Bertemu
g.
Bagaya : Bergurau
Dan masih contoh banyak
lainnya.
Contoh beberapa kata kerja aktif bahasa banjar yang
memakai pemarkah be-
a.
Bepender : Berbicara
b.
Betetapas : Mencuci
c.
Betakun : Bertanya
Contoh beberapa kata kerja pasif bahasa banjar yang
memakai pemarkah i-
a.
Inyanga : Menggoreng
b.
Iimbit : dibawa
c.
Ihaga : Dipelihara
d.
Inyuho : Disuruh
Dan masih banyak contoh lainnya
Contoh beberapa kata kerja pasif bahasa banjar yang
memakai pemarkah di- (hampir sama
dengan bahasa Indonesia pada umunya)
a.
Ditapas : Dicuci
b.
Ditawar : Dibeli
c.
Ditanam : Ditanam
d.
Disawang : Dilihat
e.
Dipajang : Dipasang
f.
Diukar : Dibeli
g.
Diparung : Dipanggang
h.
Diulah : Dibuat
i.
Disasala : Dicelah
Dan masih contoh
banyak lainnya.
Bentuk pasif, dalam bahasa banjar diberi preposisi lawan atau wan hanya pada penyebutan orang yang dihormati. Contohnya pada kalimat
Salawar
ditapas lawan mamak. Penggunaan preposisi lawan/wan dapat digunakan untuk menyebut
kakak, mamak, abah, nenek, kakek, paman, dan sinden (ayah). Untuk penyebutan nama sesorang dan kita tidak
memakai preposisi. Jadi struktur kalimatnya langsung, yaitu setelah bentuk
pasif disebut namanya. Contohnya: Kakanak
macal tu dijauh
ulun.
Simpulan
Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan hubungan antara partisipan atau subyek dengan perbuatan yang dinyatakan
oleh verba. Aktif dalam kriteria sintaksis adalah agen menduduki fungsi subyek gramatikal dan pasien menduduki fungsi
objek gramatikal. Pasif adalah apabila fungsi subyek dan agen menduduki fungsi periferal. Proses pasif dalam bahasa
banjar adalah verba itu pasti intransitif, membuat frasa nomina pasien menjadi subyek
gramatikal, hadirnya pemarkah pasif dan
membuat subyek kalimat aktif ke fungsi periferal.
Bahasa banjar memiliki diatesis aktif pasif. Bahasa
Banjar dalam struktur sintaksisnya hampir sama dengan diatesis dalam bahasa
Indonesia pada umumnya. Verba dalam bahasa banjar, ada beberapa yang
pemarkahnya tidak selalu memakai awalan (ma-)
tapi (ba-) dan (be-) contohnya awalan (me-) pada manukar, manyanga, mananan, (ba-)
dan (be-) pada verba bajauh dan betetapas. Bentuk pasif pada bahasa banjar berdasarkan data dari
informan, bahwa bentuk pasif ada yang memberi awalan i- dan di- contohnya dijauh, inyanga.
Daftar pustaka
Harimurti Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia pustaka.
Artawa, L. K. 1995.
“Semantik, teori sintaksis dan tipologi bahasa” Linguistika tahun 11 edisi ketiga. Denpasar. Program Magister (S2)
Linguistik Universitas Udayana.
Dixon, R.M.W. 1989.
Ergativity. Cambridge: Cambridge
University Press.
Chung. 1983. “An
object Creating Rule in Bahasa Indonesia” dalam Perlmutter, D. (ed) Studies
in relation Grammar. Chicago: University of Chicago Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar