Minggu, 17 Juni 2012

DIATESIS BAHASA BANJAR


                                    DIATESIS AKTIF-PASIF BAHASA BANJAR
Oleh : Mujiati

Pendahuluan
Diatesis merupakan terjemahan darai kata inggris voice (Kridalaksana, 1984), walaupun kata diatesis juga digunakan dalam bahasa inggris. Voice adalah istilah secara konvensional digunakan sejak abad pertengahan untuk menyebut kategori gramatikal. Dengan kategori gramatikal tersebut verba dipertentangkan menjadi aktif dan pasif.  Batasan diatesis secara tradisional ditentukan berdasarkan kriteria semantik berdasarkan posisi agen atau pelaku. Bila agen menduduki fungsi subyek disebut aktif dan bila bukan agen yang menduduki subyek itu disebut pasif. Setiap perubahan fungsi sintaksis yang dikaitkan dengan perubahan verba disebut dengan voice  atau diatesis.
Karena sudah melekatnya aktif pasif pada bahasa nusantara (walaupun ada perdebatan ada tidaknya pasif dalam bahasa Indonesia) hal yang dulu dianggap pasif pada penelitian selanjutnya dikatakan ergatif. Kontruksi kalimat seperti Buku itu saya baca pada awalnya dianggap sebagai pasif (lihat Chung, 1983) namun penelitian kemudian kontruksi yang sama dianggap berdiatesis ergatif (lihat Artawa, 1997).
Bahasa Banjar yang merupakan bagian dari bahasa autronesia memiliki diatesis aktif-pasif yang perlu untuk dipahami lebih jauh. Bahasa ini dipergunakan oleh Suku Banjar yang mendiami hampir seluruh Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Pada makalah ini untuk mempermudah dalam memahami bahasan yang kita fokuskan pada diatesis aktif dan pasif pada bahasa Banjar khususnya bahasa Banjarmasin kota?








Pembahasan
1.      Diatesis pada bahasa Banjar
Diatesis bahasa banjar ini, data diambil dari sumber bahasa banjarmasin Kabupaten Tabalong. Struktur klausa bahasa banjar pada umumnya sama dengan bahasa Indonesia yaitu ada subyek, predikat, objek, dan keterangan. Serta urutan klausanya juga sama. Contohnya : dalam bahasa Indonesia “Ayah menanam bunga” sama dengan bahasa banjar “Abah mananam kembang”. Abah dan ayah sama-sama menduduki subyek/pelaku, bunga dan kembang menduduki fungsi objek/pasien.
Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan  hubungan antara partisipan  atau subyek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba dalam klausa (Kridalaksana, 2008: 49). Diatesis aktif (active voice) adalah bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subyek gramatikalnya merupakan pelaku. Sedangkan diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43).
Yang dimaksud dengan aktif dalam kriteria sintaksis adalah agen menduduki fungsi  subyek gramatikal dan pasien menduduki fungsi objek gramatikal. Subyek gramatikal pada bahasa-bahasa nusantara pada umumnya dapat direlatifkan dan dapat dikontrol pada klausa semantan,  dan dikenakan tes pivot.
Pasif adalah apabila fungsi subyek dan agen menduduki  fungsi periferal. Secara singkat Dixon (1994 ) menjelaskan proses pasif  adalah seperti berikut: membuat verba transitif menjadi intransitif, membuat frasa nomina pasien menjadi subyek gramatikal, hadirnya pemarkah pasif dan  membuat subyek kalimat aktif ke fungsi periferal. Verba transitif adalah verba yang mampu mendampingi obyek. Sedangkan verba intransitif tidak memiliki obyek.
Unsur inti kalimat menurut Dixon (1994) dibedakan adanya tiga relasi asali (primitive relation), ketiga relasi itu adalah S (subyek atau satu-satunya argumen pada verba intransitif), A (agen) dan  O (obyek/pasien). Bila verba hanya memiliki satu argumen inti (intransitif) relasi nominanya disebut dengan S. Bila kata kerja tersebut memiliki lebih dari satu argumen inti relasinya ditentukan secara semantis. Relasi A untuk peran yang kemungkinan besarnya berfungsi untuk menyukseskan aktifitas. Relasi inti selain A pada kata kerja yang mempunyai dua argumen inti adalah O.


Contoh kalimat aktif dan pasif dalam bahasa banjar
a)      Hayang    ma-nukar   peci hanyar
Nama kakak      akt-beli        peci baru
“Hayang membeli peci baru”

b)      Peci hanyar   diukar   lawan Hayang
Peci baru       pass-beli oleh nama kakak
“Peci baru   dibeli  oleh  Hayang”

Kalimat (a) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nukar membentuk verba transitif, objeknya peci baru.  Diatesis aktif menurut kridalaksana adalah bentuk gramatikal sebuah verba, atau klausa, yang subyek gramatikalnya merupakan pelaku. Berdasarkan contoh kalimat (a) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Hayang . di sini Hayang yang melakukan proses membeli.
Kalimat (b) adalah diatesis pasif. dengan pasif,  diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b)  memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Hayang sebagai tujuan dari perbuatan. Peci Hanyar yang pada kalimat (a) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (b).
Bukti bahwa kalimat (a) Hayang menduduki fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (b) maka Hayang menjadi objek. Contoh pada kalimat pasif: Peci hanyar   diukar   lawan Hayang. Hayang pada kalimat (a) yang menjadi fungsi subyek berubah menjadi objek pada kalimat (b).


c)      Ading   ma-nanam   kambang mawar
Adik     akt-tanam      bunga mawar
“Adik menanam bunga mawar”

d)     Kambang  mawar  ditanam      Ading
Bunga      mawar   pass-tanam adik
“Bunga mawar ditanam adik”

Kalimat (c) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nanam membentuk verba transitif, objeknya kambang mawar.  Berdasarkan contoh kalimat (c) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Ading . di sini Ading yang melakukan proses menanam.
Kalimat (d) adalah diatesis pasif. dengan pasif,  diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b)  memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Ading sebagai tujuan dari perbuatan. kambang mawar  yang pada kalimat (c) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (d).
Bukti bahwa kalimat (c) Ading menduduki fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (d) maka Ading menjadi objek. Contoh pada kalimat pasif: Kambang  mawar  ditanam      Ading.  Ading pada kalimat (c) yang menjadi fungsi subyek berubah menjadi objek pada kalimat (d).

e)      Siti     ma-nyanga    iwak
Nama  akt-goreng   ikan
“Siti menggoreng ikan”


f)       Iwak   inyanga        Siti
Ikan    pass-nyanga nama
“ikan  digoreng  Siti”

Kalimat (e) tersebut termasuk diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nyanga membentuk verba transitif, objeknya iwak.  Berdasarkan contoh kalimat (e) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Siti . di sini Siti yang melakukan proses menggoreng.
Kalimat (f) adalah diatesis pasif. dengan pasif,  diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (b)  memakai pemarkah (i-) berbeda dengan pemarkah pasif pada verba lain, hanya pada kata verba tertentu yang masuk dalam pemarkah pasif contohnya adalah inyanga. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Siti  sebagai tujuan dari perbuatan. Iwak yang pada kalimat (e) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (f).
Bukti bahwa kalimat (e) Siti menduduki fungsi subyek adalah apabila dipasifkan pada kalimat (f) maka Siti menjadi objek. Contoh pada kalimat pasif: Iwak   inyanga        Siti.  Siti  pada kalimat (e) yang menjadi fungsi subyek berubah menjadi objek pada kalimat (f).

g)      Mamak   ma-nawar   salawar   hanyar nitu
Ibu          akt-beli        celana  baru
“Ibu membeli celana baru itu”

h)      Salawar  hanyar nitu  ditawar   lawan  mamak
Celana    baru    itu   pass-tawar oleh   ibu
“Celana itu        dibeli          oleh ibu”

Kalimat (g) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nawar membentuk verba transitif, objeknya salawar hanyar.  Berdasarkan contoh kalimat (g) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Mamak. Di sini Mamak yang melakukan proses menawar.
Kalimat (h) adalah diatesis pasif, diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (h)  memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Mamak sebagai tujuan dari perbuatan. Salawr hanyar nitu yang pada kalimat (g) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (h).

i)        Mamak    betetapas    salawar
Ibu           akt-cuci      celana
“Ibu mencuci celana”

j)        Salawar   ditapas      lawan  mamak
Celana    pass-tapas    oleh     ibu
“Celana dicuci oleh mamak”

Kalimat (i) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (be-) pada verba betetapas membentuk verba transitif, kata betetapas berasal dari be + tapas  be adalah pemarkah aktif, sedangkah tapas itu artinya cuci. Objeknya salawar.  Berdasarkan contoh kalimat (i) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Mamak . di sini Mamak  sebagai pelaku yaitu yang melakukan proses mencuci.
Kalimat (j) adalah diatesis pasif, diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (j) memakai pemarkah   (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Mamak  sebagai tujuan dari perbuatan. Salawar yang pada kalimat (i) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (j).

k)      Ulun         ba-jauh      kakanak macal
Aku/saya  akt-jauh     anak        nakal
“Aku menjauh dari anak nakal itu”.


l)        Kakanak macal  tu    dijauh   ulun
Anak                   nakal  itu  pass-jauh  saya/aku
“anak nakal itu   dijauhi   saya”

Kalimat (k) tersebut diatesis aktif. Pemarkah aktif (ma-) pada verba ma-nanam membentuk verba transitif, objeknya kambang mawar.  Berdasarkan contoh kalimat (k) subyek gramatikalnya adalah pelaku yaitu Ading . di sini Ading yang melakukan proses menanam.
Kalimat (l) adalah diatesis pasif. dengan pasif,  diatesis pasif (pasive voice) adalah diatesis yang menunjukkan bahwa subyek adalah tujuan dari perbuatan (Kridalaksana, 2001:43). Pemasifan pada kalimat (l)  memakai pemarkah (di-) sama seperti bahasa Indonesia. Pada diatesis pasif ini subyek yaitu Ading sebagai tujuan dari perbuatan. Kakanak macal tu yang pada kalimat (k) sebagai pasien/objek menjadi fungsi Subyek pada kalimat (l).

Berdasarkan contoh di atas bahasa banjar memiliki diatesis aktif dan pasif. Bahasa Banjar dalam struktur sintaksisnya sama dengan struktur  dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Verba dalam bahasa banjar, ada beberapa yang pemarkahnya tidak selalu memakai awalan (ma-) tapi ada beberapa yang memakai  (ba-) dan (be-)  contohnya (ma-) pada manukar, manyanga, mananan, (ba-) pada bajauh (be-) pada betetapas. Bentuk pasif pada bahasa banjar berdasarkan data dari informan yang tinggal di Banjarmasin kota, bahwa bentuk pasif ada yang memberi awalan i- dan di- contohnya dijauh, inyanga.
Contoh beberapa kata verba bahasa banjar yang memakai pemarkah ma-
a.       Manyinggai   : Membuka
b.      Mananam      : Menanam
c.       Mambantu     : Membantu
d.      Mawaluhi      : Menipu
e.       Mangaruh      : Berdengkur
f.       Mangarumbungi: Mengelilingi
g.      Mangaramput : Berbohong
h.      Manangkul    : Menyangkal
i.        Dan masih contoh banyak lainnya.
Contoh beberapa kata verba bahasa banjar yang memakai pemarkah ba-
a.      Bajauh            : Menjauhi
b.      Baadu             : Beradu
c.      Baastilah         : Memulai rencana
d.     Baasa              : Mengulang
e.      Babacaan        : Berkumandang (ceramah)
f.       Badapatan      : Bertemu
g.      Bagaya           : Bergurau
Dan masih contoh banyak lainnya.
Contoh beberapa kata kerja aktif bahasa banjar yang memakai pemarkah be-
a.       Bepender          : Berbicara
b.      Betetapas          : Mencuci
c.       Betakun                        : Bertanya
Contoh beberapa kata kerja pasif bahasa banjar yang memakai pemarkah i-
a.       Inyanga         : Menggoreng
b.      Iimbit                        : dibawa
c.       Ihaga             : Dipelihara
d.      Inyuho          : Disuruh
Dan masih banyak contoh lainnya
Contoh beberapa kata kerja pasif bahasa banjar yang memakai pemarkah di- (hampir sama dengan bahasa Indonesia pada umunya)
a.       Ditapas          : Dicuci
b.      Ditawar         : Dibeli
c.       Ditanam        : Ditanam
d.      Disawang      : Dilihat
e.       Dipajang       : Dipasang
f.       Diukar           : Dibeli
g.      Diparung       : Dipanggang
h.      Diulah           : Dibuat
i.        Disasala         : Dicelah
Dan masih contoh banyak lainnya.

Bentuk pasif, dalam bahasa banjar diberi preposisi lawan atau wan hanya pada penyebutan orang yang dihormati. Contohnya pada kalimat Salawar   ditapas      lawan  mamak. Penggunaan preposisi lawan/wan dapat digunakan untuk menyebut kakak, mamak, abah, nenek, kakek, paman, dan sinden (ayah). Untuk penyebutan nama sesorang dan kita tidak memakai preposisi. Jadi struktur kalimatnya langsung, yaitu setelah bentuk pasif disebut namanya. Contohnya: Kakanak macal  tu    dijauh   ulun.
Simpulan
Diatesis adalah kategori gramatikal yang menunjukkan  hubungan antara partisipan  atau subyek dengan perbuatan yang dinyatakan oleh verba. Aktif dalam kriteria sintaksis adalah agen menduduki fungsi  subyek gramatikal dan pasien menduduki fungsi objek gramatikal. Pasif adalah apabila fungsi subyek dan agen menduduki  fungsi periferal. Proses pasif dalam bahasa banjar adalah verba itu pasti intransitif, membuat frasa nomina pasien menjadi subyek gramatikal, hadirnya pemarkah pasif dan  membuat subyek kalimat aktif ke fungsi periferal.
Bahasa banjar memiliki diatesis aktif pasif. Bahasa Banjar dalam struktur sintaksisnya hampir sama dengan diatesis dalam bahasa Indonesia pada umumnya. Verba dalam bahasa banjar, ada beberapa yang pemarkahnya tidak selalu memakai awalan (ma-) tapi (ba-) dan (be-) contohnya awalan (me-) pada manukar, manyanga, mananan, (ba-) dan (be-) pada verba bajauh dan betetapas. Bentuk pasif pada bahasa banjar berdasarkan data dari informan, bahwa bentuk pasif ada yang memberi awalan i- dan di- contohnya dijauh, inyanga.

Daftar pustaka
Harimurti Kridalaksana. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia pustaka.
Artawa, L. K. 1995. “Semantik, teori sintaksis dan tipologi bahasa” Linguistika tahun 11 edisi ketiga. Denpasar. Program Magister (S2) Linguistik Universitas Udayana.
Dixon, R.M.W. 1989. Ergativity. Cambridge: Cambridge University Press.
Chung. 1983. “An object Creating Rule in Bahasa Indonesia” dalam Perlmutter, D. (ed)  Studies in relation Grammar. Chicago: University of Chicago Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar