Minggu, 17 Juni 2012

PSIKOLINGUISTIK


PENYIMPANAN DAN RETRIVAL KATA

I.                   Leksikon Mental
Kecepatan orang dalam menanggapi kata maupun kecepatan dalam mengucapkannya menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Hal demikian terjadi dikarenakan adanya leksikon mental yang terorganisasi secara rapi sehingga akses untuk meretrif kata dapat dengan cepat dilakukan. Leksikon mental merupakan kamus yang berbeda dengan kamus pada umumnya. Dalam penyusunannya leksikon mental juga memanfaatkan kesamaan bunyi, namun karena adanya faktor kilir lidah perlu adanya kesamaan konsep. Isi dari leksikon mental selalu mengalami perubahan, selalu mutahir dengan perkembangan bahasa yang ada dalam masyarakat. Selain itu leksikon mental memungkinkan kita menciptakan kata sesuai dengan aturan yang ada pada suatu bahasa. Dengan demikian leksikon mental memiliki informasi yang jauh lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih rinci daripada kamus biasa.

II.                Penyimpanan Kata
Bagaimana manusia menyimpan kata-kata dengan segala macam informasi yang berkaitan di dalam leksikon mentalnya? Terdapat pandangan bahwa tiap kata disimpan sebagai kata yang terpisah. Argumentasi untuk teori ini adalah bahwa retrival yang dapat dengan cepat dilakukan itu adalah karena kita hanya tinggal mencomot saja kata yang kita inginkan. Menurut pandangan lain, kata disimpan bukan berdasarkan kata tetapi berdasarkan morfem. Argument pandangan kedua ini yaitu bahwa penyimpanan seperti ini lebih hemat, dan waktu yang diperlukan untuk meretrif kata multi-morfemik lebih lama dari pada yang bermorfem satu apalagi dengan adanya kilir lidah.

III.             Faktor Pengaruh untuk Penyimpanan dan Retrival Kata
Masalah yang muncul dalam penyimpanan dan retrival kata yaitu bagaimana kata itu disimpan dalam pikiran sehingga dapat diretrif dengan mudah? Dapat dikatakan dasar penyimpanan dan retrival kata itu tidak hanya satu atau dua saja tetapi merupakan jaringan yang saling berkaitan. Suatu kata akan mudah diretrif apabila kata itu sering dipakai. Kata/morfem disimpan berdasarkan medan semantiknya sehingga berkemungkinan adanya kilir lidah. Selain medan semantik, digunakan pula segi sintaktik. Pembagian kata menjadi kata utama dan kata fungsi tampaknya juga mempunyai pengaruh terhadpa proses penyimpanan dan retrival kata. Penyimpanan dan retrifal kata dapat pula dilihat melalui kemiripan bunyi.

IV.              Pengetahuan Tentang Kata
Untuk memahami sebuah kata pertama kita harus tahu aspek semantic kata tersebut, kemudian mengetahui kategori sintaktiknya, selanjutnya fonologis, dan yang terakhir yaitu aspek pragmatiknya.

V.                 Makna Suatu Kata
Makna suatu kata adalah objek yang dirujuk oleh kata itu. Beberapa mengatakan bahwa kata tidak merujuk kepada objek tetapi pada konsep, kepada ide, tentang objek itu. Dengan adanya teori ideasional yang dapat dikatakan labil tersebut, kemudian muncullah teori lain yaitu teori fitur dan teori berdasarkan pengetahuan.
a.       Teori fitur
Menurut teori ini konsep terbentuk dari sekelompok unit yang lebih kecil yang dinamakan fitur. Konsep memiliki fitur esensial yang membatasinya dari konsep lain. Masalah yang muncul dari teori fitur ini adalh bahwa dunia tidak hitam atau putih dalam artian tidak selamanya suatu konsep memiliki semua fitur.
Teori ini kemudian diperbaharui dengan Family Resemblance Theory, teori ini memerlukan adanya kemiripan keluarga. Melalui fitur-fitur yang ada kemudian ditentukan prototipenya yakni yang mewakili fitur paling banyak pada keluarga itu.
b.      Teori Berdasarkan Pengetahuan
Teori ini berdasarkan pada esensialisme psikologi dan kontektualisme psikologi. Esensialisme psikologi adalah teori yang landasan dasarnya adalah teori fitur tatapi yang telah diperluas. Esensi inilah yang membuat suatu entitas seperti apa adanya.
Kontekstualisme psikologi juga berdasarkan pada teori fitur yang telah diperluas. Menurut teori ini konteks-kontek tertentu memunculkan kaitan antara fitur-fitur dari suatu konsep dengan konsep-konsep lain dalam suatu kategori.

Dengan demikian daftar fitur tidak cukup untuk mewakili seluruh konsep tetapi hanya digunakan sebagai titik tolak untuk kemudian megorek pengetahuan. Perbedaan antara teori fitur dan teori berdasarkan pengetahuan adalah bahwa dalam teori fitur, fitur menentukan konsep. Sementara itu teori berdasarkan pengetahuan, fitur tidak menentukan konsep.

VI.              Organisasi Konsep
1.      Model Semantik Hierarkis
Model ini diajukan Collins dan Quillian. Dalam model ini, konsep terkait satu dengan yang lain secara hierarkis. Kelemahan dari teori ini yaitu: kata-kata abstrak tidak dibuatkan hierarki, tidak selamanya orang mengikuti hierarki, jarak semantik yang sama belum tentu menghasilkan jumlah waktu reaksi yang sama.

2.      Model Perbandingan Fitur
Model ini dikembangkan Smith dkk. Model ini menyatakan konsep dalam dua fitur, 1) fitur yang wajib, 2) fitur yang opsional. Kedua fitur ini dibandingkan melalui dua tahap, pertama semua fitur dari dua konsep atau lebih dibandingkan. Kedua, tahap di mana yang dibandingkan hanya fitur yang wajib saja.

3.      Spreading Activation Network Model
Model ini dikemukakan Collins dan Loftus. Konsep dinyatakan dalam node-node yang berkaitan, jarak antara satu node dengan node yang lain menunjukkan kedekatan antara satu konsep dengan konsep yang bersangkutan. Cara model ini bekerja adalah bila suatu konsep teraktifkan maka ‘aliran listriknya’ menyebar ke konsep-konsep lain yang berkaitan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar