PENYIMPANAN DAN
RETRIVAL KATA
I.
Leksikon Mental
Kecepatan
orang dalam menanggapi kata maupun kecepatan dalam mengucapkannya menjadi suatu
hal yang perlu diperhatikan. Hal demikian terjadi dikarenakan adanya leksikon
mental yang terorganisasi secara rapi sehingga akses untuk meretrif kata dapat
dengan cepat dilakukan. Leksikon mental merupakan kamus yang berbeda dengan kamus
pada umumnya. Dalam penyusunannya leksikon mental juga memanfaatkan kesamaan
bunyi, namun karena adanya faktor kilir lidah perlu adanya kesamaan konsep. Isi
dari leksikon mental selalu mengalami perubahan, selalu mutahir dengan
perkembangan bahasa yang ada dalam masyarakat. Selain itu leksikon mental
memungkinkan kita menciptakan kata sesuai dengan aturan yang ada pada suatu
bahasa. Dengan demikian leksikon mental memiliki informasi yang jauh lebih
banyak, lebih lengkap, dan lebih rinci daripada kamus biasa.
II.
Penyimpanan Kata
Bagaimana
manusia menyimpan kata-kata dengan segala macam informasi yang berkaitan di
dalam leksikon mentalnya? Terdapat pandangan bahwa tiap kata disimpan sebagai
kata yang terpisah. Argumentasi untuk teori ini adalah bahwa retrival yang
dapat dengan cepat dilakukan itu adalah karena kita hanya tinggal mencomot saja
kata yang kita inginkan. Menurut pandangan lain, kata disimpan bukan
berdasarkan kata tetapi berdasarkan morfem. Argument pandangan kedua ini yaitu
bahwa penyimpanan seperti ini lebih hemat, dan waktu yang diperlukan untuk
meretrif kata multi-morfemik lebih lama dari pada yang bermorfem satu apalagi
dengan adanya kilir lidah.
III.
Faktor Pengaruh untuk
Penyimpanan dan Retrival Kata
Masalah
yang muncul dalam penyimpanan dan retrival kata yaitu bagaimana kata itu
disimpan dalam pikiran sehingga dapat diretrif dengan mudah? Dapat dikatakan
dasar penyimpanan dan retrival kata itu tidak hanya satu atau dua saja tetapi
merupakan jaringan yang saling berkaitan. Suatu kata akan mudah diretrif
apabila kata itu sering dipakai. Kata/morfem disimpan berdasarkan medan
semantiknya sehingga berkemungkinan adanya kilir lidah. Selain medan semantik,
digunakan pula segi sintaktik. Pembagian kata menjadi kata utama dan kata
fungsi tampaknya juga mempunyai pengaruh terhadpa proses penyimpanan dan
retrival kata. Penyimpanan dan retrifal kata dapat pula dilihat melalui
kemiripan bunyi.
IV.
Pengetahuan Tentang
Kata
Untuk
memahami sebuah kata pertama kita harus tahu aspek semantic kata tersebut,
kemudian mengetahui kategori sintaktiknya, selanjutnya fonologis, dan yang
terakhir yaitu aspek pragmatiknya.
V.
Makna Suatu Kata
Makna suatu kata adalah
objek yang dirujuk oleh kata itu. Beberapa mengatakan bahwa kata tidak merujuk
kepada objek tetapi pada konsep, kepada ide, tentang objek itu. Dengan adanya
teori ideasional yang dapat dikatakan labil tersebut, kemudian muncullah teori
lain yaitu teori fitur dan teori berdasarkan pengetahuan.
a.
Teori
fitur
Menurut
teori ini konsep terbentuk dari sekelompok unit yang lebih kecil yang dinamakan
fitur. Konsep memiliki fitur esensial yang membatasinya dari konsep lain. Masalah
yang muncul dari teori fitur ini adalh bahwa dunia tidak hitam atau putih dalam
artian tidak selamanya suatu konsep memiliki semua fitur.
Teori
ini kemudian diperbaharui dengan Family
Resemblance Theory, teori ini memerlukan adanya kemiripan keluarga. Melalui
fitur-fitur yang ada kemudian ditentukan prototipenya yakni yang mewakili fitur
paling banyak pada keluarga itu.
b.
Teori
Berdasarkan Pengetahuan
Teori
ini berdasarkan pada esensialisme psikologi dan kontektualisme psikologi.
Esensialisme psikologi adalah teori yang landasan dasarnya adalah teori fitur
tatapi yang telah diperluas. Esensi inilah yang membuat suatu entitas seperti
apa adanya.
Kontekstualisme
psikologi juga berdasarkan pada teori fitur yang telah diperluas. Menurut teori
ini konteks-kontek tertentu memunculkan kaitan antara fitur-fitur dari suatu
konsep dengan konsep-konsep lain dalam suatu kategori.
Dengan
demikian daftar fitur tidak cukup untuk mewakili seluruh konsep tetapi hanya
digunakan sebagai titik tolak untuk kemudian megorek pengetahuan. Perbedaan
antara teori fitur dan teori berdasarkan pengetahuan adalah bahwa dalam teori
fitur, fitur menentukan konsep. Sementara itu teori berdasarkan pengetahuan,
fitur tidak menentukan konsep.
VI.
Organisasi Konsep
1.
Model
Semantik Hierarkis
Model
ini diajukan Collins dan Quillian. Dalam model ini, konsep terkait satu dengan
yang lain secara hierarkis. Kelemahan dari teori ini yaitu: kata-kata abstrak
tidak dibuatkan hierarki, tidak selamanya orang mengikuti hierarki, jarak
semantik yang sama belum tentu menghasilkan jumlah waktu reaksi yang sama.
2.
Model
Perbandingan Fitur
Model
ini dikembangkan Smith dkk. Model ini menyatakan konsep dalam dua fitur, 1)
fitur yang wajib, 2) fitur yang opsional. Kedua fitur ini dibandingkan melalui
dua tahap, pertama semua fitur dari dua konsep atau lebih dibandingkan. Kedua,
tahap di mana yang dibandingkan hanya fitur yang wajib saja.
3.
Spreading Activation
Network Model
Model ini
dikemukakan Collins dan Loftus. Konsep dinyatakan dalam node-node yang
berkaitan, jarak antara satu node dengan node yang lain menunjukkan kedekatan
antara satu konsep dengan konsep yang bersangkutan. Cara model ini bekerja
adalah bila suatu konsep teraktifkan maka ‘aliran listriknya’ menyebar ke
konsep-konsep lain yang berkaitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar